RIWAYAT HIDUP SANTA KLARA DARI ASSISI

Klara lahir di Assisi pada 1194 sebagai anak ketiga dari keluarga bangsawan Assisi, Favarone di Offreducio dan Hortulana. Klara didahului dua putri, yang satu bernama Penenda yang lain tidak diketahui namanya. Keluarga ini tidak mempunyai seorang putra sebagai ahli waris untuk kedudukan keluarga seperti yang diharapkan.  Setelah Klara disusul oleh Agnes dan Beatrice.  Klara dibaptis dengan nama Italianya Chiara, artinya cahaya. Dalam satu tulisan tentang kelahirannya dikatakan bahwa sesaat sebelum Klara lahir, ketika sang Ibu berdoa untuk kelancaran dan keselamatan saat bersalin, terdengar suara mengatakan kepadanya: “jangan takut wanita, engkau akan melahirkan terang dan seluruh dunia akan diterangi oleh cahayanya”.  Oleh karena itu dia diberi Chiara

Sebagai gadis bangsawan Klara mendapat pendidikan yang cukup baik misalnya: menulis, membaca, menyulam, mengatur rumah tangga seorang bangsawan dan mahir dalam bahasa Latin yang masa itu menjadi bahasa resmi, bahasa internasional, bahasa administrasi negara dan bahasa Gereja. Klara tidak hanya membaca buku agama dan liturgi, tetapi juga buku-buku profan, yakni roman-roman yang bercerita tentang hal ihwal dan kepahlawanan dan bangsawan tersohor. Dia seorang terpelajar dan berbudi halus.  Hatinya begitu tertarik kepada hal-hal yang lebih tinggi nilainya, suka akan keindahan dan mencintai bunga-bunga.

Dalam masa permulaan remajanya Klara diizinkan berbuat amal, pergi ke tempat-tempat orang miskin untuk memberi sedekah, mengunjungi orang sakit dan sebagainya. Tetapi itu semua merupakan hal yang biasa bagi putri-putri bangsawan. Klara secara teratur menarik diri dari kesibukan hariannya dan pergi ke suatu tempat yang sunyi untuk berdoa secara mesra dan mempersatukan diri dengan Allah Bapa di Surga dan dengan segala orang kudus. Sejak masa mudanya  dia ingin mempersembahkan dirinya seutuhnya kepada Tuhan. Pada usia sekitar 12 tahun, keluarganya mulai merencanakan pernikahannya dengan Raniero di Bernardo.  Hal ini sudah menjadi biasa di kalangan bangsawan. Setelah pertemuan dan perkenalannya dengan Fransiskus, Klara sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk menikah hanya demi keluarganya. Hal ini menjadi suatu perlawanan sengit dengan keluarganya karena mereka menuntut Klara agar segera menikah demi nama baik dan kedudukan keluarganya. Maka pada usia sekitar 17 tahun Klara menolak permintaan keluarganya untuk segera menikah.

Klara Melarikan Diri Dari Istana

Ketika Fransiskus berkhotbah di Gereja Katedral San Rufino, Assisi, Klara yang hadir ketika itu merasa terpesona oleh khotbah, semangat dan pribadi Fransiskus. Sejak saat itu terjalin hubungan dengan Fransiskus dan dia berniat untuk menempuh cara hidup yang mirip dengan cara hidup yang dianjurkan Fransiskus. Klara yakin bahwa dia telah menemukan seorang penunjuk jalan bagi hidupnya yang  sejati.  Klara ingin hidup miskin dan mencintai Tuhan seperti Fransiskus dan para saudaranya.  Namun oleh keluarga cita-citanya dianggap sebagai penghinaan terhadap kehormatan dan keluhuran keluarga. Klara tahu betul sikap apa yang akan diambil oleh keluarganya apabila dia berbuat sesuatu yang melanggar kebiasaan yang masih berlaku dan dijunjung tinggi dalam keluarga bangsawan.

Fransiskus sendiri mendengar kebaikan dan kasih sayang Klara terhadap para miskin. Ia mengaguminya dan ingin bertemu dengannya. Ia tahu bahwa Klara memancarkan kebaikan Tuhan secara sempurna.  Maka timbullah keinginan Fransiskus untuk mengantarkan dan menyerahkan Klara kepada Tuhan. Fransiskus menciptakan kesempatan untuk dapat bertemu dengan Klara.  Ia merasa bertanggung jawab atas panggilan dan pemeliharaan Klara.  Ini tidak dicarinya sendiri tetapi diterimanya dalam cahaya Roh yang meneranginya. Ia merasa bahwa bila tidak menerimanya berarti baginya menolak kehendak Tuhan.

Pada 18 Maret 1212 Klara bersama keluarga menghadiri misa Minggu Palma di Katedral San Rufino. Di sana, Uskup memberkati dan membagikan daun palma. Misa ini merupakan misa pernikahan baginya.  Maka dikenakannya pakaian yang lebih indah daripada yang biasa. Pada waktu pembagian daun palma Klara tidak maju karena rasa haru meliputi dirinya dan Klara tetap tinggal berlutut di tempatnya.  Uskup yang melihat itu, melangkah menuruni tangga, menghampirinya dan memberi daun palma pada tangannya.

Pada malam harinya, ketika semuanya telah tidur lelap, Klara  ditemani oleh Pasifica melarikan diri dari rumah orang tuanya secara diam-diam melalui pintu rahasia menuju Portiuncula. Di Portiuncula Fransiskus dan para saudaranya baru saja selesai mendoakan doa malam.  Mereka menantikan kedatangan Klara dengan memegang lilin dan obor di tangan sambil bernyanyi. Ketika Klara sudah datang dan disaksikan oleh para saudara Fransiskus, Klara menyerahkan diri kepada Tuhan. Fransiskus memotong rambut pirang Klara dan memakaikan kerudung.  Pakaian pesta Klara diganti dengan jubah seperti yang dipakai Fransiskus, kain kasar. Dan pada malam itu juga Fransiskus mengantarnya ke Biara Benediktin San Paolo.  Di biara itu para suster menawarkan tempat bagi Klara untuk sementara waktu, sampai Fransiskus mendapatkan tempat baginya.
Demikianlah Klara melarikan diri dari keluarganya ke Portiuncula.  Di sana dia menyerahkan diri dalam penyelengaraan Tuhan (Providentia Dei). Dan sejak saat itu Klara termasuk anggota Persaudaraan Fransiskan.

Kekuatan Iman Dan Kasih

Hari-hari berikutnya ketenangan biara San Paolo diganggu oleh serangan kaum kerabat Klara. Dengan gaduh dan ribut mereka berteriak dan mendesak agar Klara kembali. Apabila Klara tidak mau, akan dipaksa dengan kekerasan. Klara lari mencari perlindungan pada Tuhan di Kapel.   Orang-orang itu pun mengikuti Klara menuju Kapel dan pada saat itu Klara melepaskan selubung kepalanya sehingga nampaklah bahwa kepala Klara sudah tak berambut lagi.  Sambil berpegangan pada kaki altar Klara mengatakan bahwa dia sudah menikah demi pengabdian kepada Kristus.  Dia tidak akan meninggalkan janji yang telah diucapkan kepada Tuhan. Dan pada saat itu juga kegaduhan menjadi tenang. Melihat keteguhan hati dan kelemah-lembutan hati Klara serta kewibawaanya, mereka pun segera pergi meninggalkan Klara.

Setelah beberapa hari tinggal di San Paolo, tempat itu ditinggalkannya.  Dari sana dia menetap di biara St. Angelo di Panzo yang terletak di lereng pegunungan Monte Subasio.  Kira-kira dua minggu setelah pelariannya, datanglah Agnes adiknya yang ingin menggabungkan diri dengannya. Agnes telah mengambil keputusan tegas untuk meninggalkan dunia dan menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah. Kedatangan Agnes menjadi kegembiraan kedua baginya. Pelarian ini pun segera diketahui oleh sanak saudaranya. Dua belas orang di antara mereka berteriak dan menerobos dinding. Mereka masuk kapel dan mencari perlindungan kepada Tuhan. Semula orang-orang itu berbicara halus dengan harapan agar Agnes dapat dibawanya pulang. Tetapi karena tidak berhasil, mereka menjadi marah dan menarik Rambut Agnes dengan keras dan kuat, menyeretnya keluar dengan maksud membawa gadis itu pulang dengan kekerasan.  Di tengah kutuk dan kemarahan itu terdengarlah jeritan Agnes minta pertolongan Klara.

Pada permulaan kejadian yang mengharukan ini, Klara tersungkur berdoa di muka altar dan memohon agar Tuhan berkenan memberi kekuatan kepada adiknya dan menyelamatkannya.  Dengan penuh pengharapan ia berdiri dan dengan cepat menuju rombongan yang menyeret adiknya dan Klara melihat bahwa Agnes tidak dapat diangkat oleh para pria itu karena adiknya tiba-tiba saja menjadi  begitu berat.  Melihat kehadiran Klara Para pria itu pergi meninggalkan Agnes dalam keadaan terbaring. Klara membangunkan adiknya dan membawanya ke biara.

Mereka berdua tinggal bersama selama kurang lebih 7 tahun, lalu Agnes dikirim ke Montecelli di Florence sebagai Abdis (kepala Biara).  Di sana Agnes tinggal 30 tahun.  Pada tahun 1226 ibu Klara, Hortulana menggabungkan diri dengan putrinya di San Damiano dan selanjutnya diikuti oleh adik Klara yang bungsu, Beatrice.  Hampir seluruh kaum wanita keluarga Favarone masuk San Damiano. Terdapat juga putri bangsawan lain. Namun demikian dari golongan rendahan, termasuk yang buta huruf ada pula yang bergabung.  Dalam hal itu Klara sama seperti Fransiskus – tidak ambil pusing tentang asal-usul pengikutnya.  Di San Damiano perbedaan klas sosial tidak berperan sedikit pun seperti halnya di banyak biara lain pada masa itu. Klara menetap di San Damiano dengan hati yang gembira dan penuh syukur. Bersama para saudarinya mereka hidup setia dalam kemiskinan dan persaudaraan. San Damiano adalah biara kecil dan sempit. Tetapi karena kepercayaan dan hidup doa dari para penghuninya, seluruh hidupnya mereka persembahkan kepada Tuhan demi sesama dan ini merupakan sumbangan yang tak ternilai harganya bagi  Gereja dan dunia. Karya mereka dilakukan di tempat tertutup dengan penuh setia dan demi cinta kepada Kristus dan sesama manusia. Demikianlah Klara mereka ikut ambil bagian dalam karya kerasulan para saudara.

Pengesahan Cara Hidup
   
Sejak permulaan, Klara mengambil keputusan untuk hidup dalam persaudaraan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi para pengikutnya. Dalam menghayati panggilannya, Klara tidak mau terpengaruh oleh suatu pikiran atau pendapat yang bisa melemahkan panggilannya. Karena itu dia berusaha mendapatkan “Privilegium paupertatis”, hak istimewa dan khusus untuk tidak memiliki harta milik (tetap) dari Paus Innocentius III, agar dia dan para  saudarinya diizinkan menjalankan hidup kemiskinan sempurna yang telah ia terima dari Tuhan lewat Fransiskus. Paus Innocentius bersedia mengabulkan permohonan Klara. Untuk mendapatkan pengesahan selanjutnya  Klara menghadapi banyak tantangan dan kesulitan.

Pada 1253 Paus Innocentius  IV mendengar tentang Klara yang sedang sakit dan langsung mengunjunginya sampai dua kali.  Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Klara untuk memohon pengesahan Anggaran Dasarnya. Pada 9 Agustus 1253, dua hari sebelum wafatnya permohonan Klara secara lisan dikabulkan oleh Sri Paus yang sedang mengunjungi Klara. Segera dokumen-dokumen itu diresmikan oleh pegawai-pegawai Paus di Perugia. Hari berikutnya dokumen itu diantar oleh seorang saudara dina ke San Damiano.  Dengan gembira dan rasa puas Klara mencium dokumen itu, hasil perjuangannya selama 40 tahun. Pada tanggal 11 Agustus 1253, Klara dengan tenang hati beralih kepada mempelai surgawi. Dua minggu sesudahnya, tepat pada 27 Agustus, adik Klara meninggal di San Damiano. Paus Innocentius IV dengan seluruh iringannya datang mengantar jenazah Klara ke Gereja St. Giorgio di Assisi untuk dimakamkan di situ. Kemudian pada tahun 1260 dipindahkan ke Basilika St. Chiara di Assisi. Semasa hidupnya di San Damiano dan sesudah kematiannya banyak mukjizat yang dilakukan oleh Klara. Maka Pada 1255 Klara diresmikan sebagai orang kudus.

(Disadur oleh: Sr. M. Agnes dari buku : Hal Ikhwal dan Warisan St. Klara karya C. Groenen OFM; Clara Van Assisi Geschidenis, Leven Documenten Door Annie Holleboom; dan Riwayat Hidup St. Klara karya seorang Suster Klaris)

Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.

0 comments:

Post a Comment