MENGHIDUPKAN “GAMBAR” YESUS

Aggiungi didascalia
Kalau kita meneliti gambar atau lukisan Yesus, maka kita menemukan bahwa ada banyak versi atau model gambar Yesus yang dibuat. Ada gambar Yesus sedang menggendong anak-anak sampai menggendong anak domba. Ada gambar Yesus sedang mengajar sampai Yesus sedang marah-marah. Menarik sekali melihat semua gambar itu. Kita bahkan mengoleksi gambar-gambar itu. Semua gambar itu melukiskan banyak segi kepribadian Yesus. Yesus yang begitu kaya akan kepribadian. Kita biasanya memilih gambar yang dipajang di rumah itu menurut selera kita, ikut-ikutan teman atau asal tempel agar tampak “kereen”. Motivasi menempel dan memilih gambar Yesus yang dipajang di rumah kita menampakkan juga beragam pemahaman, dan  kesukaan kita akan aspek-aspek pribadi Yesus. Semua gambar Yesus dibuat orang eropa atau meniru orang eropa< beranikah kita membuat gambar Yesus persi Cina, Jawa, Dayak, Flores, Batak dsb.

Bacaan-bacaan Kitab Suci menampilkan “gambar Tuhan” yang menderita, hamba yang menderita karena taat dalam menjalankan perutusannya. Pribadi yang setia dalam menjalankan tugas berusaha menanggung konsekuensi dari tugas yang diembannya. Apa yang diterimanya dalam menjalankan tugas tidak membuat dia patah semangat. Keyakinan bahwa dia menjalankan tugas dalam kebenaran dan jaminannya adalah pertolongan Tuhan sang Tuannya. Gambaran hamba yang menderita ini menjadi pra-gambar Yesus.

Gambaran Hamba Tuhan yang menderita ini sudah sangat hidup dalam kitab Yesaya (Yes 42: 1 – 9; 49 : 1 – 7; 50 : 4 – 11; 52 : 13 – 53 : 12), semua orang Yahudi tahu gambaran Mesias ini. Namun harapan dan cita-cita lalu pergolakkan hidup yang dialami membuat mereka menyingkirkan gambaran Mesias, sang utusan Allah yang  menyelamatkan itu, dengan menampilkan “gambar harapan pribadi” dan bukan “gambaran Hamba Tuhan” yang sejati.

Harapan dan kenyataan hidup agak dan kadang sering bertolak belakang. Dualisme, pertentangan ini membuat muncul gambaran-gambaran dan penggambaran yang berbeda sekali dengan gambar yang sebenarnya dari apa yang dirindukan oleh hati manusia. Penyimpangan dari rel kehidupan yang menghidupkan sering karena ketidakmampuan setiap pribadi melihat cermin yang jelas di tengah gelombang dan riak kehidupan. Setiap zaman membawa semangat zamannya, setiap kejadian menampilkan gambarannya dan manusia menyaksikan dan merekamnya. Karena itu  perlulah mempunyai “Gambar” yang tepat untuk dijadikan patokan dalam “memetakkan” jalan hidup yang benar.

Iman kita menampilkan sosok Yesus yang menjadi “Gambar yang ideal” bagi kita. Ketika kita dibaptis sebenarnya “Gambar Yesus” itu sudah dipatri, diinstalkan ke dalam hati, budi dan segenap tenaga kita. Karena itu yang menjadi masalah adalah seberapa jelas “gambar Yesus” itu “didownload” ke dalam hidup kita atau seberapa gigakah “Gambar Yesus” itu terframe dalam hidup kita menjadi sangat penting untuk direnungkan.  “Display picture of Jesus” di “gadgat” kita, Blackberry atau di FB hati kita memang harus terjelma dalam “dering dan ring tone” hidup kita. Kalau “Gambar Yesus” menjadi ‘blure’, kabur, samar-samar dan “blank of”, maka susah membayangkan pengaruh “Gambar Yesus” itu dalam hidup kita.

Kita bisa memahami para murid Yesus dan orang-orang zaman Yesus seringkali keliru memahami siapa Yesus. Namun untuk menjadi tidak keliru kita perlu mencari info dan mencopy, serta mendownload sebanyak mungkin dari Kitab Suci. Bangsa Israel punya sumber yang jelas tentang Hamba Tuhan namun mereka tak mampu menjawab pertanyaan secara tepat tentang siapa Yesus, karena apa? Karena kedekatan yang kurang terjalin dengan Yesus, mereka butuh Yesus sekedar untuk memenuhi keinginan dan harapan sementara mereka. Mereka tak mau mensaving ajaran Yesus dan men-share-kannya dalam hidup mereka. Tidak mengherankan mereka salah mengerti dan memahami kehadiran Yesus. Para rasul juga tidak mudah untuk akhirnya mengenal siapa Yesus; “Engkau adalah Mesias”, kata Petrus. Namun tak lama kemudian setelah Yesus memaparkan siapa Dia, Hamba Allah yang harus menanggung derita dengan serta merta Petrus menarik dan menegur Yesus, karena tak setuju dengan “Gambaran” diri sebenarnya Yesus. Yesus tak tinggal diam dengan “Gambar” yang salah dibuat para Murid dan Rasul serta orang sezamannya. Yesus tetap yakin dan mengaktualkan keyakinannya akan perutusan sejati yang dimaui oleh Bapa-Nya. Dan barangsiapa mau mengikuti-Nya mesti juga memikul “Gambar” Allah yang dimaksud Yesus: “memikul salib”, menyangkal “gambaran pribadi” yang sering keliru, dan ikut “Gambaran” Yesus. Sering kali manusia takut kehilangan nyawa, padahal nyawa itu tanpa diperjuangkanpun akan kembali kepada sang Penciptanya. Bukankah manusia “Gambar” Allah, berarti “gambaran dirinya” akan tetap “bernyawa”, hidup bila mengikut gambaran hidup Yesus sendiri di hadapan Allah. Mau tempel gambar siapa dalam dinding hidupmu?. Amin.
Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.

0 comments:

Post a Comment