PERTOBATAN DAN MASA ADVEN

Pertobatan adalah sesuatu yang penting, bukan hal yang sepele. Pertobatan merupakan upaya untuk melepaskan diri dari jerat kuasa dosa dan genggaman maut  lalu berbalik dan putar haluan menuju kepada Allah dan nilai-nilai yang diwahyukan-Nya.  Bukit keangkuhan dan kesombongan ditebas dan lembah kehinaan dan ketertutupan diri ditimbun dengan cinta kasih, rasa syukur dan tindakan baik. Jika kita ingin menjadi manusia yang baru, hendaknya pertobatan yang kita lakukan utuh menyeluruh dan tidak hanya bersifat parsial. Kita harus berani keluar dan meninggalkan pola hidup lama.

Mengakui kesalahan adalah satu langkah menuju perbaikan dan pembaharuan.  Kesadaran akan dosa dan kesalahan yang kita perbuat dan kepekaan untuk menyesal dan mau bertobat merupakan awal dari suatu hidup yang lebih baik dan mendalam. Kendati demikian pertobatan adalah suatu pilihan bagi manusia. Pertobatan bukan sekedar terucap dari kata-kata belaka, melainkan dari ketulusan hati yang dalam dan kesadaran dari diri sendiri. 

Dalam Alkitab Perjanjian Lama, kata pertobatan berasal dari kata “Shub” (Ibrani). Kata ini digunakan untuk melukiskan tindakan manusia yang mengakui kesalahannya dengan terbuka, keadaan hati yang menyesal dan menormalkan hubungan dengan Tuhan.  Kata “Shub” dalam perjanjian lama digunakan sebanyak 1059 kali. Kata ini bermula dari pengalaman manusiawi yang tidak hanya terkait dengan dunia religus dan etika, namun sungguh menyentuh seluruh hidup manusia.

Kitab Suci Perjanjian Baru menggunakan kata “Metanoia” (Yunani). Metanoia  bukan hanya berarti perubahan dalam sikap terbatas pada kemampuan intelektual atau rasa sesal atas apa yang sudah terjadi dan bukan hanya niat akan memperbaiki kesalahan, melainkan secara radikal dan total berbalik kepada Allah dan percaya pada Injil. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru pertobatan bukan sekedar mengikuti aturan dan hukum, namun lebih pada menerima Kristus, menerima dan mendukung kerajaan-kerajaan Allah.

Pertobatan awalnya dimengerti sebagai perbuatan yang menyentuh akal budi manusia. Tetapi akhirnya pandangan ini mengalami arti yang lebih luas. Bukan lagi menyentuh akal manusia, tetapi juga harus menyentuh seluruh hidup manusia. Tindakan pertobatan tidak dapat dipisahkan dari Gereja. Sebab Kerajaan Allah diwujudnyatakan dalam Gereja Kristus. Fuchs melukiskan pertobatan sebagai perubahan yang  mencakup seluruh pribadi manusia sebagai pendosa. Bertobat berarti mengubah arah dan tujuan hidup secara menyeluruh.

Dalam masa Adven ini, marilah kita semakin mengarahkan hati kita kepada kehendak Tuhan. Dengan demikian kedatangan Kristus sungguh menjadi kerinduan yang mendalam bagi kita. Semua itu berawal dari diri kita masing-masing. Hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah memperbaiki cara hidup kita yang lama, hidup yang tidak berkenan di hadapan Tuhan dengan pertobatan. Pertobatan yang dilakukan bukan hanya dalam kata-kata belaka, melainkan dari kesungguhan hati dan sungguh menyentak aspek yang menyeluruh dalam kehidupan kita. Marilah datang kepada-Nya, sebab belum ada orang yang datang kepada-Nya dikecewakan. (Benedetto Benno OFMCap).
Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.

0 comments:

Post a Comment