APAKAH IBADAT HARIAN ITU?

Dalam sejarah dikenal banyak nama untuk Ibadat Harian. Nama-nama itu antara lain: Psalterium, Cursus, Preces Horariae, Horae Canonicae, Officium Divinum, Breviarium, Opus Dei dan Liturgia Horarum. Dalam Bahasa Indonesia dikenal beberapa nama: Ofisi, Brevir dan Ibadat Harian. Kiranya nama “Ibadat Harian” - lah yang paling tepat dipakai karena nama ini mencerminkan hakikat doa ini yang diucapkan atau didoakan dari waktu ke waktu. Kata Liturgia Horarum atau Ibadat Harian dipromosikan oleh Konsili Vatikan II dalam SC (Sacrosanctum Concilium) atau Konstitusi Liturgi pada tahun 1963. Ibadat harian itu meliputi:

Ibadat Pagi dan Sore (Laudes dan Vesper)

Ibadat Pagi dan Ibadat Sore merupakan poros utama Ibadat Harian (SC 89, 100; PIH = Pedoman Ibadat Harian no. 37). Karena itu, kedua ibadat ini dianjurkan menjadi doa komunitas gerejani (PIH 24, 26, 40), juga untuk keluarga dan setiap pribadi kristen; bukan hanya untuk mereka yang diwajibkan oleh hukum tetapi juga para awam (PIH 27, 32, 40).
Dari tinjauan historis, institutif dan yuridis, Ibadat Pagi dan Ibadat Sore selalu dimaksudkan untuk menguduskan waktu siang dan malam (PIH 1, 38-39). Pagi mengakhiri malam dan sekaligus mengawali hari yang bersangkutan. Sore mengawali malam dan sekaligus juga mengakhiri siang sepanjang hari itu. Pagi dan sore membawa terang dan gelap.
Dengan dan melalui Laudes atau Ibadat Pagi, kita mau mempersembahkan diri kita dan seluruh aktivitas kita sejak detik dari awal hari itu, kepada Allah.
Ibadat Pagi yang didoakan pada pagi hari membantu kita untuk mengenang kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, yang adalah “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang yang sedang datang ke dunia” (Yoh. 1:9); “Surya kebenaran” (Mal. 4:2) dan dan “Surya pagi dari tempat yang tinggi” (Luk. 1:78). Karena itu Santo Siprianus berkata: “Kita harus berdoa pada pagi hari untuk merayakan kebangkitan Tuhan". 
Ibadat Sore didoakan pada saat matahari mulai terbenam. Konsili Vatikan II sangat menekankan aspek “syukur” dalam ibadat ini. Syukur atas anugerah yang telah dilimpahkan oleh Allah kepada kita sepanjang hari itu dan atas segala sesuatu yang dapat kita kerjakan (PIH 39).
Ibadat Sore bagaikan asap kemenyan dari pedupaan, naik ke hadirat Allah sebagai “persembahan sore hari” Tuhan kita Yesus Kristus yang mempersembahkan diri pada Perjamuan Malam Terakhir, yang diteruskan kepada kita dalam Perjamuan Ekaristi.
Ibadat Sore mempunyai arti eskatologis yakni mengacu kepada akhir zaman dan kekekalan. Pada Ibadat Sore ini dinyalakan lampu yang mengingatkan kita pada “Sabda-Terang, Terang dari Terang dan cahaya kemuliaan Allah” (Ibr 1:4) serta mengingatkan kita pada Roh Kudus yang diturunkan oleh Bapa segala terang (Bdk. Yak 1:17).

Ibadat Siang

Tempat Ibadat siang ialah di antara Ibadat Pagi dan Ibadat Sore. Dengan semangat patuh pada tradisi maka Konsili Vatikan II menetapkan 3 waktu Ibadat Siang yakni: Tertia (Jam 09.00), Sesta (jam 12.00) dan Nona (jam 15.00).
Dari Doa Penutup Ibadat Siang tampak kita dihubungkan dengan peristiwa pencurahan Roh Kudus, Permulaan Karya Evangelisasi dan Sengsara Kristus.

Ibadat Penutup

Sesuai dengan namanya, Ibadat Penutup mengakhiri segala kegiatan hari itu dan sekaligus juga menghantar kita pada istirahat malam. Ciri khas ibadat ini ialah berserah diri kepada penyelenggaraan Ilahi. Malam di pandang sebagai saat yang dapat membawa mara bahaya karena roh jahat mengintai manusia. Karena itulah dalam ibadat ini, jiwa mengungkapkan harapan dan kepercayaannya kepada perlindungan Tuhan Yang Maharahim.
Dalam Ibadat Penutup juga diungkapkan penyesalan dan permohonan ampun dari Allah. Sebab tidak mustahil, sepanjang hari itu kita telah mengambil jarak dari Allah dan jatuh ke dalam dosa serta cacat cela sehingga tepatlah pada waktu itu diadakan pemeriksaan batin dan disusul doa tobat atau doa sejenisnya untuk memohon pengampunan dari Allah.

Ibadat Bacaan
Sesuai dengan namanya, dalam ibadat ini Sabda Tuhan menjadi pusat perhatian. Setelah diucapkan mazmur lalu menyusul bacaan dari Kitab suci yang panjang dan tulisan para Bapa Gereja atau perjuangan hidup para kudus (PIH 55-56).
Menurut tradisi, Ibadat Bacaan diadakan pada malam hari atau tepatnya sesudah tengah malam. Namun Konsili memberikan kelonggaran untuk memilih waktu yang paling cocok, sesuai dengan ritme kehidupan manusia dewasa ini.

Unsur-Unsur Pembentuk Ibadat Harian

Unsur-unsur yang membentuk Ibadat Harian adalah Mazmur, Kidung, Bacaan Singkat, Doa Permohonan, Doa Tuhan dan Doa Penutup.

A. Mazmur

Mazmur dalam Buku Ibadat Harian harus didoakan seperti yang dipraktekkan oleh Gereja sepanjang masa. Mazmur adalah doa Gereja bersama Kristus kepada Allah Bapa dan sekaligus juga doa Gereja kepada Kristus (PIH 8). Hal ini sejalan benar dengan isi seluruh Perjanjian Lama yang terarah kepada Kristus. Konsili membantu kita menemukan figur Kristus dalam Mazmur-Mazmur itu. Karena itu dalam buku Ibadat harian ini, Mazmur-Mazmur diberi judul dan keterangan yang dicetak dengan huruf miring.

B. Kidung

Kidung dari Perjanjian Lama dimasukkan pada Ibadat Pagi, sedangkan Kidung dari Perjanjian Baru untuk Ibadat Sore. Kidung-kidung dari Perjanjian Lama menjadi bagian integral Mazmur-Mazmur, sedangkan Kidung dari Perjanjian Baru berfungsi meneguhkan unsur kristologis dari Mazmur-Mazmur yang dipakai dalam Ibadat Harian ini.

C. Bacaan Singkat

Setelah didaras Mazmur dan Kidung maka menyusul Bacaan Singkat, kecuali pada Ibadat Bacaan, perikop Kitab Suci yang dibacakan pada umumnya panjang. Bacaan Singkat ini diikuti dengan Nyanyian Singkat sebagai tanggapan atas sabda itu.

D. Kidung Zakaria, Kidung Maria dan Kidung Simeon
Kidung-kidung ini didahului oleh antifon. Kidung Zakaria diucapkan pada Ibadat Pagi, Kidung Maria untuk Ibadat Sore dan Kidung Simeon diucapkan pada Ibadat Penutup.

E. Doa Permohonan

Doa Permohonan disediakan untuk Ibadat Pagi dan Ibadat Sore. Ini jelas karena diandaikan Ibadat Pagi dan Ibadat Sore menjadi doa umat beriman.
Pada Doa Permohonan tersedia semacam antifon yang dapat diulangi setiap akhir bagian-bagian dari Doa Permohonan itu. Namun Doa Permohonan ini dapat juga diucapkan berjawaban sesudah tanda bintang (*). Doa Permohonan diakhiri dengan Doa Tuhan.

F. Doa Penutup

Doa Penutup untuk Ibadat Pagi sama dengan Doa Pembuka pada Perayaan Ekaristi. Kesamaan ini memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara Ibadat Harian dan Perayaan Ekaristi.
Doa Penutup diakhiri dengan berkat imami kalau hadir imam dan disusul dengan rumus pembubaran dan pengutusan. Pada Ibadat Bacaan disediakan rumus pembubaran yang sederhana. Sedangkan pada Ibadat Penutup, pembubaran itu disusul dengan antifon Santa Perawan Maria dengan Regina Coeli untuk masa Paskah. (Fr. Benedetto Benno OFMCap).

Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.

2 comments:

  1. Wow, memang Tuhan ingin saya tahu tentang brevir. Kemarin saya mencari tahu tata caranya, mengenai antifon dsb, tetapi tidak saya temukan. Ketika buka blog ini, saya langsung terpaku dengan postingan ini. Memang Tuhan berkehendak.
    Salam bagi saudara-saudaraku para frater novisiat kapusin, saudara Fredy, Dimas, Willy, Ayus, dan satu lagi yg belum pernah saya temui... Pax et Bonum...

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih atas salam nya...
      salamnya dah nyampe..
      @imanuel

      Delete