SEMINAR TAHUN HIDUP BAKTI

Nafas Hidup Fransiskan di Tahun Hidup Bakti
dalam Cahaya Surat Paus Fransiskus


Sabtu sore, 18 April 2015 cuaca indah di kota Singkawang. Langit jingga kebiru – biruan menyambut kami keluarga Fransiskan/es yang berkumpul di bangunan indah ‘milik’ para Saudari Klaris Kapusines, Biara Providentia Dei. Hari itu adalah hari yang istimewa terutama bagi kami para novis Kapusin yang juga ikut berkumpul di Biara indah itu.

Tujuan kami berkumpul saat itu adalah untuk merayakan Tahun Hidup Bakti, yang atas kreativitas dari para pengurus KEFAS (Keluarga Fransiskan/es Singkawang) mengundang kami para keluarga Fransiskan untuk mengikuti seminar yang dibawakan oleh P. Paulus Toni Tantiono OFMCap, sekaligus juga mempererat kembali tali persaudaraan Fransiskan kami. Jam menunjukkan pukul 15.00 Wib, para undangan mulai berdatangan dan kami semua dipersilahkan untuk menyantap  snack  ‘selamat datang’. Setelah semua peserta berkumpul, kami memulai acara kami dengan ofisi bersama dan mengucapkan janji Fransiskan dipimpin oleh P. Gathot Purtomo OFMCap sebagai ketua KEFAS.

Pukul 16.00 WIB sesi pertama seminar dimulai. Sebagai pembukaan seminar, P. Paulus Toni Tantiono OFMCap mengajak kami melihat tiga point dasar dalam surat edaran Bapa Suci Paus Fransiskus tentang hidup bakti itu sendiri. Pertama, bahwa tahun keluarga 2014 telah usai. Kedua, tahun Hidup Bakti pun dimulai : mulai 30 November 2014 – 2 Februari 2016, dan Ketiga, Paus Fransiskus yang adalah pemimpin tertinggi Gereja sekaligus juga adalah pelaku Hidup Bakti itu sendiri.

Dalam seminar yang bertemakan ‘Nafas Hidup Fransiskan di Tahun Hidup Bakti dalam Cahaya Surat Paus Fransiskus’ ini, kami diajak untuk kembali melihat dan berjalan dalam semangat sejati Fransiskan yang berusaha untuk hidup seturut Injil dalam semangat persaudaraan yang dina yang juga merupakan suatu Lembaga Hidup Bakti. Setelah melihat tiga poin dasar tersebut, kami semua diajak untuk mendalami maksud tujuan hidup bakti ini diselenggarakan. Pada sesi pertama ini juga P. Paulus Toni mengungkapkan kepada kami tentang 'jasmerah'  (jangan melupakan sejarah ).

Dalam sejarah, kami diajak untuk melihat masa lalu dengan penuh syukur, di mana Tuhan telah menunjukkan kebesaran cinta kasih-Nya melalui para pendiri Lembaga Hidup Bakti itu sendiri. Sebagai anggota dari Lembaga Hidup Bakti itu, kami semua merenungkan asal identitas diri kami sebagai anggota dari Lembaga Hidup Bakti serta kasih Allah yang besar, di mana meskipun kita ini penuh dengan kelemahan, tapi berkat bantuan Allah lewat bimbingan Roh Kudus dalam mengobarkan semangat Hidup Bakti mengikuti teladan Yesus Sang Putra kami semua beroleh janji keselamatan lewat hidup pertobatan dalam persaudaraan Fransiskan.

P. Paulus Toni mengatakan, “Saat ini, kita sering mendapat godaan untuk menjadi ahli-ahli dalam banyak hal, kita lupa panggilan untuk menjadi pelayan bagi Gereja dan sesama”. Setelah melihat ke masa lalu dengan penuh syukur, kemudian kami semua kembali diajak dalam sesi pertama ini untuk merenungkan kehidupan sekarang ini. Kami sebagai anggota dari tarekat Hidup Bakti hendaknya menghidupi saat sekarang dengan penuh semangat! Panggilan hidup membiara adalah panggilan yang berasal dari Roh untuk hidup bagi Kristus. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya dalam hidup kami sekarang ini kami memberi kesaksian hidup iman kami pada Allah Tritunggal dengan hidup dalam persekutuan di mana Kristus adalah kepalanya. Yang diperlukan bukannya menjadi ahli dalam suatu ilmu pengetahuan dan sebagainya, tetapi yang terpenting sekarang ini adalah ahli dalam persekutuan dan hidup berdampingan tanpa ada kubu – kubu dalam kesetiaan pada perutusan hidup ini (terbuka terhadap tantangan Injil dan penuh sukacita dalam melaksanakan Injil).

Sesi pertama ini ditutup dengan pandangan mengenai masa depan yang tercermin dari kutipan surat Bapa Paus berikut :
  • Saya terutama ingin mengucapkan sepatah kata kepada Anda yang masih muda. Anda adalah saat kini, karena Anda sudah mengambil bagian secara aktif dalam kehidupan lembaga religius Anda, menawarkan semua kesegaran kemurahan hati dari “ya” Anda.
  • Pada saat yang sama, Anda adalah masa depan, karena segera Anda akan dipanggil untuk mengambil peran kepemimpinan dalam kehidupan, pembentukan, pelayanan dan perutusan komunitas-komunitas Anda.
  • Tahun Hidup Bakti ini harus melihat Anda secara aktif terlibat dalam dialog dengan generasi sebelumnya. Dalam persekutuan persaudaraan Anda akan diperkaya dengan pengalaman-pengalaman dan kebijaksanaan mereka, sementara pada saat yang sama mengilhami mereka, dengan energi dan antusiasme Anda, untuk merebut kembali idealisme asli mereka.
  • Dengan cara ini seluruh komunitas dapat bergabung dalam menemukan cara-cara baru menghayati Injil dan menanggapi secara lebih efektif kebutuhan untuk kesaksian dan pemakluman.
  • Saya juga gembira mengetahui bahwa Anda akan memiliki kesempatan selama Tahun Hidup Bakti ini untuk bertemu dengan kaum religius lainnya dari lembaga-lembaga yang berbeda. Semoga perjumpaan tersebut menjadi sarana reguler membina persekutuan, saling mendukung dan kesatuan.
Pada pukul 18.00 Wib, kami mengakhiri sesi pertama kami dan bersantap malam bersama. Selesai makan, pukul 19.00 WIB sesi II pun dimulai. Pada sesi II ini, kami diminta untuk mempresentasikan tentang bagaimana kami sebagai anggota dari Tarekat Hidup Bakti mengisi Tahun Hidup Bakti ini?
Secara umum dijelaskan oleh P. Paulus Toni Tantiono OFMCap dalam sesi II ini bahwa harapan di Tahun Hidup Bakti ini adalah :
  1. Di mana ada kaum religius di situ seharusnya ada suka cita, sebab Allah adalah sumber bahagia dan sebagai Lembaga hidup bakti, kami diandalkan untuk membangunkan dunia, menjadi tanda kenabian dan mewartakan suara Allah serta berpihak pada kelompok tersingkir, miskin dan dina untuk menghadirkan Allah yang adalah kebenaran dan sumber kebahagiaan.
  2. Memiliki hidup spiritualitas yang baik dalam persekutuan.
  3. Berani keluar dari diri dan zona aman, pergi ke seluruh dunia untuk mewartakan kerajaan Allah. Dan,
  4. Berani bertanya, “Lord, what do You want me to do?”
Pada akhir seminar ini, kami semua sebagai keluarga besar Fransiskan menarik suatu kesimpulan untuk:
  • Bersyukur atas kebaikan Tuhan, seperti Fransiskus yang selalu bersyukur kepada Tuhan lewat pujiannya.
  • Hidup dalam Sukacita (“ kegembiraan sempurna ”),
  • Melayani Sesama terpinggirkan dalam semangat Kristus sendiri,
  • Hidup Persaudaraan (sekolah persekutuan),
  • Senantiasa membarui dan refleksi diri (pertobatan seumur hidup)
  • Serta, Menyatu dengan Gereja.
(Fr.Immanuel OFMCap)
Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.

0 comments:

Post a Comment