PERJALANAN MENUJU PUNCAK POTENG

Pada Kamis, 2 Juli 2015, kami para Frater novis, OMK Poteng dan beberapa ibu pergi naik ke gunung Poteng sebagai inisiasi para Frater yang baru memulai masa Novisiatnya.  Gunung Poteng letaknya di Singkawang Timur dan merupakan tempat yang cukup dikenal terutama karena bentuknya yang unik, dengan puncak yang berbentuk jempol dan medannya yang cukup terjal dan menantang secara fisik bagi mereka yang mau mendaki. Kami mau naik ke gunung Poteng juga karena kami adalah pencinta keindahan dan keunikan gunung Poteng dan ingin merasakan secara langsung kesejukan di puncak gunung yang unik ini. 

Gunung Poteng
Pagi-pagi kira-kira jam 08:00, kami berangkat dari rumah novisiat menuju ke gunung Poteng. Jumlah kami kira-kira 30-an orang. Ada yang berasal dari Singkawang, Namtet dan dari Poteng sendiri. Setiap orang mempersiapkan diri, baik fisik maupun keperluan-keperluan yang harus dibawa. Kami semua bersemangat untuk “menaklukkan” puncak Poteng. Dalam perjalanan menuju puncak Poteng banyak hal yang kami alami. Ada peristiwa sedih, peristiwa lucu serta peristiwa yang menggembirakan. Dalam perjalanan ada yang sebentar-sebentar istirahat karena kelelahan dan ada yang sebentar-sebentar bertanya, masih jauhkah gunung itu. Ada yang tersesat karena tidak tahu arah jalan ke gunung Poteng yang benar,  ada yang mau menyerah dan ingin kembali pulang karena kelelahan dan merasa tidak mampu, tetapi ada yang lancar-lancar saja, sehingga sampai lebih cepat dari teman-teman yang lain. Semua yang kami alami selalu disertai dengan senda gurau, tawa ria serta saling mengejek. Ada pula yang memberi semangat kepada yang sudah loyo-loyo dan akhirnya kami semua sampai juga di tempat tujuan, yaitu puncak gunung Poteng.

Siap Naik ke gunung Poteng
Di puncak semuanya merasa bahagia, karena apa yang ingin dicapai sudah terwujud. Suara tawa yang keras terdengar bersamaan dengan suara angin sepoi-sepoi yang menyejukkan badan. Ada pula yang duduk termenung menikmati sejuknya udara di puncak, menikmati keindahan alam dan pemandangan yang menyegarkan hati. Jika waktu itu ada yang sedang punya masalah atau patah hati, dipastikan di puncak Potenglah obat yang paling ampuh.  
                                                           
Setelah beberapa menit istirahat untuk melepas lelah, akhirnya kami menambah energi yang telah kami pakai, yaitu dengan santap siang bersama. Walaupun dengan makanan sederhana, semua makan dengan lahap dan makanan pun ludes tak tersisakan. Memang luar biasa efek puncak Poteng. Yang biasanya makan sedikit, jadi makan banyak; yang biasanya malu makan kalau dilihat cewek atau cowok, jadi orang yang paling PD patut diacungkan jempol seperti puncak gunung Poteng yang berbentuk jempol. 
Novisiat dari Puncak Poteng
Setelah selesai santap siang kami semua mengemaskan barang-barang yang akan di bawa pulang serta membersihkan sampah-sampah dan memasukannya ke dalam plastik untuk dibawa turun. Setiap orang yang naik ke puncak Poteng wajib bertanggung jawab,  terutama dalam hal kebersihan, yaitu dengan tidak membuang sampah di dalam perjalanan dan di tempat finish (puncak). “Jika kita menjaga kebersihan alam, maka alam akan indah dan jika alam indah kita merasa nyaman”, kata salah seorang OMK Poteng.

Pemandang Hutan dlm Perjalanan ke Puncak Poteng
Setelah semuanya beres kami pun bersiap-siap untuk menaklukkan tantangan berikutnya, yaitu turun dari puncak Poteng. Puji Tuhan setelah perut terisi, kami semua bersemangat untuk melewati tantangan yang akan kami lalui. Kami jadi teringat bagaimana para murid Yesus dahulu mendapatkan Roh Kudus, sehingga mereka bersemangat untuk mewartakan keselamatan yang dibawa oleh Yesus. Pada saat itu kami merasa Roh Kudus dicurahkan ke atas kami masing-masing, sehingga kami semua memiliki semangat yang luar biasa untuk sampai di rumah kami masing-masing.

Di Puncak Poteng
Kira-kira pukul 14:00 kami memulai perjalanan turun menuju lembah Poteng. Dalam perjalanan pulang, kami masing-masing menggunakan jurus atau skill pribadi. Ada yang lebih suka tidak pakai alas kaki (nyeker ayam); ada yang berjalan menggunakan pantat karena takut tergelincir; ada yang berjalan dengan kaki empat (tangan dan kaki sama-sama digunakan) dan ada yang berjalan mundur. Namun demikian semangat kami tidak pernah pudar. Hal ini nampak walaupun dalam situasi dan kondisi yang sangat letih, canda gurau tidak pernah hilang sehingga dengan keadaan fisik yang melemah, menjadi bugar kembali karena suara tawa terdengar sepanjang jalan. Memang benar kata orang kebahagiaan, kegembiraan mengalahkan segalanya. Dan akhirnya, kami semua kembali mengucap syukur kepada Tuhan, karena bimbingan-Nya, kami akhirnya dapat menyelesaikan perjalanan dan dapat beristirahat di tempat kami masing-masing.

Pemandangan Alam dari Puncak Gunung Poteng
Segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu serius, ada waktu bercanda; ada waktu belajar, ada waktu untuk santai; ada waktu untuk istirahat dan banyak kegiatan atau aktivitas lain yang bisa kita gunakan untuk mengisi waktu hidup kita. Detik demi detik, menit demi menit, sehingga satu hari berlalu. Tidak ada manusia yang bisa melewatkan waktu selama hidupnya. Hari ini kami telah memakai waktu yang Tuhan telah beri dengan rekreasi bersama di puncak Poteng. Kami berharap semoga dengan kebersamaan kami hari ini menjadikan bibit kebaikan, bibit cinta kasih dan memperkuat tali persaudaraan kami sesama umat manusia. Semoga juga dengan kegiatan ini kami dapat mengikuti Yesus Kristus melalui teladan Santo Fransiskus dari Assisi, yang menjadikan segala makhluk ciptaan Allah menjadi saudara dan saudari. (Fr. Konrad OFMCap). 

Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.

1 comments: