TRADISI MENDOAKAN ORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIA

Tradisi Mendoakan Orang yang Telah Meninggal Dunia
(P. Gabriel Marcel, OFM Cap.)
 
Untuk apa kita berkumpul di sini? Untuk bersedih, menangis, atau untuk berdoa? Apakah yang kita buat ini tanpa dasar? Kalau ada dimana dapat ditemukan?

Kitab Suci. Dari 2Mak 12: 40-46, ternyata ada keyakinan diantara bangsa bangsa Yahudi pada akhir perjanjian Lama, bahwa dosa-dosa yang tidak diampuni di dunia ini, setelah kematian harus ditebus. Doa-doa dan korban buat orang-orang yang meninggal dapat  menolongnya.  

“Pada hari berikutnya ketika waktu mendesak pergilah anak buah Yudas untuk membawa pulang jenazah orang-orang yang gugur dengan maksud bersama kaum kerabat mereka mengebumikan jenazah-jenazah itu di pekuburang nenek moyang mereka. Astaga, pada tiap-tiap orang yang mati itu mereka temukan di bawah jubahnya sebuah jimat dan berhala kota Yamnia. Bagi orang-orang Yahudi ini dilarang oleh hukum Taurat. Maka menjadi jelaslah bagi semua orang mengapa orang-orang itu gugur [...] Yudas memikirkan kebangkitan. Jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Dari sebab itu, disuruhnyalah mengadakan korban suci penebusan untuk orang yang sudah mati itu, supaya mereka melepaskan dari dosa mereka (2 Mak 12: 39-45).

Walaupun bagi mereka yang tidak menerima bahwa kitab Makabe termasuk Kitab Suci (non-deuterokanonika), adalah sebuah bukti sejarah, bahwa umat Yahudi memberikan korban, agar orang-orang yang meninggal dibebaskan dari dosa. Jadi mereka percaya juga bahwa sesudah mati ada ada masa penantian untuk membersihkan jiwa. Sampai saat ini orang yahudi juga masih mengenal doa untuk orang-orang yang sudah meninggal. Itu tampak dalam Buku Pegangan bagi umat Yahudi, untuk mendoakan orang-orang yang sakit, orang-orang yang meninggal dan yang dipakai di tempat makam, terdapat doa khusus itu:  

“Tuhan yang berkuasa atas jiwa-jiwa, pandanglah kami yag berkumpul di sini untuk memohon kedamaian bagi arwah-arwah, yang sudah pergi ke tempat yang tidak terjangkau oleh kami kecuali oleh Engkau. Kumpulkanlah mereka di bawah naungan sayap-Mu, di antara orang-orang saleh, yang dimakamkan di sini dan dipersatukan dalam lingkungan jiwa-jiwa yang berbahagia untuk selama-lamanya.” (P.N.J Van Doorik, MSC, 5). 

Kita sampai saat ini menerima ajaran iman dari Gereja Purba. Para Bapa Gereja, seperti Tertulianus (160-222/3) menyatakan: “Isteri berdoa untuk arwah suaminya yang meninggal dan memohon keringanan untuk kesedihannya. Dia mempersembahkan korban pada hari ulang tahun kematiannya.” (De Monogamia, 10 ML 2, 942). 

Santo Ephrem (306-373) juga bermohon: “Jika tiga puluh hari setelah kematianku sudah lewat, para saudara hendaknya mengadakan peringatan untukku. Sebab orang-orang meninggal ditolong dengan korban yang dipersembahkan oleh orang-orang yang masih hidup”, lalu dia mengutip kitab 2Mak 12: 32-46. Ini sebagai bukti, bahwa Sejak abad ke- 4 buku Makabe diterima sebagai Kitab Suci yang diwahyukan.  

Santo Hieronimus (342-419) mengatakan “Para suami yang lain menaburkan bunga viool dan mawar di makam isterinya. Pammakius kami menaburkan embun derma di atas makam Paulus.” (Epist. Ad Pammachium Ep. 66, 1381).  

Yohanes Crisostomus (344-407) juga mengatakan: “Dengan alasan kuat para rasul memerintahkan agar diperingati orang-orang yang sudah meninggal, karena mereka mengetahui bahwa ini sangat menguntungkan mereka.” (Hom. 3 in Epist. Ad Phil. 3, 4. MG 62, 203).

Santo Agustinus dalam buku “Pengakuan”, dia mencatat kata-kata ibunya yang akan meninggal dunia: “Kuburkan badan ini di mana kau kehendaki; janganlah merepotkan kamu. Hanya inilah yang kuminta, agar kamu, di mana kau berada, mendoakan aku di altar Tuhan.” (Conf. I. 9. C. II, 27. ML 32, 775). Jadilah kini jelaslah maksud perkumpulan kita mendoakan saudara kita yang telah berpulang. (P.Gabriel marcel, OFM Cap.)
Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.

0 comments:

Post a Comment