MENGENAL DIRI DAN MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN

Setiap manusia normal mengharapkan dirinya berkembang menjadi lebih baik.
Namun perkembangan itu mesti didukung oleh syarat tertentu. W. Stern mengemukakan Teori Konvergensi yang menyatakan bahwa kepribadian manusia terbentuk sebagai hasil dari dua faktor, yaitu nature dan nurture. Nature itu berkaitan dengan potensi alamiah yang dimiliki setiap orang dan nurture, yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan, yang menentukan perwujudan potensi yang dimiliki. Setiap orang memiliki potensi yang sudah “terberi” artinya bahwa ia memiliki dalam dirinya “bakat” atau “talenta”, yang telah dianugerahkan dan hanya bisa diupayakan untuk berfungsi sesuai peran yang harus dijalankan (bdk. Mat. 25 : 1 – 30 ; Luk. 19 : 11 – 27  dan 1 Kor. 12 : 4 – 11).
Supaya perkembangan itu menjadi lebih mungkin maka perlu mengenal diri secara lebih baik. Untuk membantu mengenal diri lebih baik, kita bisa dibantu oleh teori “Johari Window” (Johari berasal dari Joseph Lutf dan Harrington Ingham). Teori itu menyatakan bahwa manusia memiliki empat wilayah pengenalan diri yaitu: diri terbuka, diri terlena, diri tersembunyi, dan diri yang tidak dikenal.

1. Diri terbuka
Bagian diri yang disadari oleh diri sendiri dan ditampilkan kepada orang lain atas kemampuan sendiri. Misalnya, perasaan, pendapat, dan  buah pikiran yang dipilih untuk disampaikan kepada orang lain. Bagian ini juga meliputi bagian yang tidak dapat ditutupi dari orang lain, seperti muka, bentuk badan, umur, yang tampak pada keadaan badan (tua, muda).

2. Diri Terlena
Bagian yang tanpa disadari  diri sendiri, tertutup bagi diri namun diketahui orang lain. Misalnya, kebiasaan-kibiasaan, sifat-sifat, dan kemampuan tertentu yang tidak disadari ada pada diri sendiri yang pengaruhnya bisa positif dan negatif dalam menjalin relasi dengan orang lain, konkretnya kurang memperhatikan perasaan orang lain, senang membantah, membanggakan diri, dsb. (Kenyataan terlena ini bisa DIKETAHUI bila mau mendengan koreksi dan kritik dari orang lain).

3. Diri tersembunyi
Bagian diri yang disadari oleh diri sendiri, tetapi secara sadar ditutupi atau disembunyikan terhadap orang lain. Kemungkinan karena tidak dapat menyampaikannya kepada orang lain (misalnya tidak setuju tentang pendapat orang lain atau karena takut bila disampaikan akan membuat malu diri sendiri, karena ketidakpastian, keinginan rahasia dsb.).

4. Bagian diri yang tidak dikenal oleh diri dan orang lain
Bagian ini dikenal juga dengan bagian bawah sadar. Wujud dari bagian ini seperti motif tertentu yang melatarbelakangi suatu tindakan, kebutuhan yang tidak disadari, terlupakan atau didesak ke bawah sadar hingga tidak dikenal lagi dan masih mempengaruhi tindakan orang dalam menjalin relasi dengan orang lain.

Nah, untuk dapat berkembang secara positif, manusia perlu mengembangkan kepercayaan diri dengan jalan membuka diri terhadap pendapat, ungkapan perasaan dan pikiran orang lain. Kalau perlu setiap pihak dituntut untuk berusaha membuka jalan bagi orang lain agar mau memberikan umpan balik kepada setiap orang sehingga bagian diri terbuka melebar dan akan timbul perbaikan hubungan dengan orang lain. Akhirnya mengenal diri berarti memperoleh pengetahuan tentang “keseluruhan diri” yang tepat dengan menyadari segi keunggulan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri.

• Umpan Balik
Suatu proses dimana seseorang memberi tahu kepada orang lain tentang perilakunya guna membantu perkembangan kepribadian orang itu berdasarkan pengamatan dan perasaannya. Beberapa hal berikut yang bisa dijadikan pegangan untuk perubahan sikap: memiliki motivasi kuat untuk berkembang, memiliki semangat tinggi disertai perhatian lebih (antusiasme) dengan disertai pikiran positif (positive thinking), mau belajar meyakini dan menghargai kemampuan diri, mau meningkatkan kemampuan untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan diri sendiri, dan rajin berlatih pada setiap kesempatan.

• Pengembangan Kepribadian
Selain modal pengembangan diri di atas, perlu juga mempertimbangkan faktor di bawah ini.

1. Faktor penghambat yang berasal dari lingkungan
Sistem yang dianut. Kadang-kadang sistem yang berlaku dalam lingkungan kita, apakah dalam pekerjaan, lingkungan sosial, keagamaan. Tanggapan atau sikap kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan, tradisi turut menghambat perkembangan pribadi seseorang.
2. Faktor penghambat yang berasal dari diri individu itu sendiri
Faktor tujuan hidup yang belum tergambar dengan jelas. Faktor motivasi dan  faktor keengganan untuk menelaah atau mengenal diri secara dalam. Kadang-kadang manusia takut menerima kenyataan bahwa ia memiki kekurangan ataupun kelebihan pada dirinya. Faktor usia. Kadang-kadang orang yang sudah tua dalam usia tidak melihat kearifan dan kebijaksanaan dapat dicapainya. Mereka cenderung melihat bahwa usia muda lebih hebat dan produktif.

Kesimpulannya, banyak aspek penghambat pengembangan kepribadian diri, namun sebenarnya masalah utamanya terletak pada jawaban diri kita terhadap pertanyaan, “Benarkah kita berkeinginan untuk mengembangkan diri kita?”.
Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.

0 comments:

Post a Comment