SANTO FRANSISKUS MARIA DARI CAMPOROSSO (1804-1864)

Teladan Hidup Bruder Peminta-minta

Ia menolak menjadi imam dan lebih memilih menjadi Bruder peminta derma. Ketika umatnya dilanda kolera, ia menawarkan diri sebagai korban.

Seorang pastor mengalami kecelakaan lalu lintas di Genoa, Italia. Ia terkapar dari kendaraannya dan mengalami cedera otak yang serius. Sangat tipis harapan untuk bertahan hidup. Para dokter menyangsikan kesembuhan pastor ini. Tetapi Uskup Agung Genoa, Italia kala itu punya keyakinan kuat bahwa karena imannya itu ia bisa sembuh. Ia mengambil relikwi Beato Fransiskus Maria dan menyentuhkannya pada kepala imam itu.

Keesokan harinya, imam itu sembuh secara ajaib. Imam yang malang itu adalah Kardinal Giuseppe Siri (†1989), Uskup Agung Emeritus Genoa, Italia. Kesaksian Kardinal Giuseppe atas mukjizat kesembuhannya memuluskan Takhta Suci mengkanonisasi Beato Fransiskus Maria pada 9 Desember 1962 oleh Paus Yohanes XXIII (1881-1961).

Anak Petani

Yohanes Pembaptis Croese demikian nama baptisnya berasal dari keluarga petani sederhana di Camporosso, Genoa, Italia. Anselmo Croese dan Maria Antonia Garza, orangtuanya adalah petani bersahaja. Mereka menanamkan semangat kerja keras kepada Yohanes.

Sejak kecil, Yohanes telah dididik dalam disiplin Katolik yang kuat. Kelahiran Camporosso, 27 Desember 1804 ini selalu mengawali dan mengakhiri semua kegiatannya dengan doa. Ia tak jemu berdoa berjam-jam di hadapan patung Bunda Maria Semangat ini membuat Yohanes muda berkenalan dengan para Saudara Dina Konventual (OFMConv). Kedekatannya membuka jalan lebar baginya untuk bergabung sebagai anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus di Biara Konventual, Setri, Genoa, 14 Oktober 1822. Ia mengganti nama menjadi Antonius.

Ternyata Antonius tak puas dengan spiritualitas yang dialaminya di tengah saudara-saudara Fransiskan Konventual. Ia memutuskan pergi mengunjungi biara Kapusin di Voltri, Genoa Barat. Di situ ia mencurahkan segala isi hatinya kepada saudara Alexander Canepa. Lewat berbagai pencerahan dari Alexander, membuatnya diam-diam meninggalkan biara Konventual lalu mengajukan permohonan diterima sebagai postulan Kapusin. Minister Kapusin menerima kehadirannya dengan tangan terbuka.

Ia lalu menjalani masa novisiat di biara St Barnabas, Genoa dan memilih menjadi novis yang dipersiapkan bukan menjadi klerus tetapi bruder. Keputusannya ini sempat membuat Minister tak percaya. Akan tetapi ia tetap bersikukuh menjadi bruder yang menghayati semangat Bapa Pendiri, St Fransiskus Assisi. Ia pun mengganti nama menjadi Fransiskus Maria

Pada 17 Desember 1825 ia secara resmi diterima dalam komunitas Kapusin dan masa percobaannya di bawah arahan saudara Bernard dari Pontedecimo, Genoa sampai akhirnya ia mengikrarkan kaul perdananya pada 17 Desember 1826 di hadapan Samuel Bocciardo, Minister biaranya. Setelah itu ia ditugaskan di biara induk Genoa, yang didiami 90 orang saudara dina Kapusin, para kuria provinsi, saudara dina yang sakit dan juga para saudara yang sudah pensiun.

Seorang Quaestor

Ia tumbuh menjadi pribadi yang penuh keutamaan. Para saudara di biara ini juga mengelola sebuah Apotek yang terbuka untuk umum dan juga sebuah klinik atau rumah sakit yang dilengkapi dengan staf di bidang kesehatan, termasuk para dokter bedah dan dokter gigi. Biara itu juga mendistribusi kayu bakar. Saat itu kayu bakar adalah sumber energi satu-satunya. Fransiskus membantu semuanya itu tanpa mengeluh.

Di mata koleganya, Fransiskus dikenal sebagai orang yang sangat rendah hati. Di biara induk ia ditugaskan menjadi quaestor atau peminta derma. Setiap hari ia berkeliling Kota Genoa, meminta-minta di jalan atau di rumah keluarga-keluarga Katolik. Tugas ini kelihatan sangat sederhana tetapi sungguh sangat berat dan membosankan, membutuhkan ketabahan hati yang luar biasa.

Kesempatan meminta derma ia gunakan untuk mendoakan umat dan memberi bimbingan rohani dan penghiburan kepada yang berkesusahan. Ia banyak membuat mukjizat dan dikaruniai kemampuan visitasi. Ia bisa menerawang kejadian-kejadian yang akan terjadi di waktu mendatang.

Hal ini membuat ia sangat dicintai oleh umat Kota Genoa Mereka memanggilnya Padre Santo atau “Bapa yang Kudus”. Kunjungannya ke rumah umat untuk meminta derma sangat dinantikan.

Suatu peristiwa ajaib terjadi atas diri seorang janda. Anak tunggal janda ini bekerja di Amerika. Tiap bulan ia mendapatkiriman surat dan uang dari anaknya. Sekali waktu surat-surat tak kunjung datang lagi. Ibu itu sangat gelisah memikirkan kalau-kalau terjadi sesuatu atas diri anaknya. Ia lalu menulis surat dan membawanya kepada Bruder Fransiskus untuk diberkati sebelum dikirim.

Ia termangu-mangu ketika Bruder saleh itu mengatakan kepadanya bahwa putranya sehat-sehat saja, dan tidak lama lagi akan berlibur ke Italia. Bruder Fransiskus berjanji akan segera mengirim surat itu. Tak lama kemudian anak itu tiba di Genoa dan bertemu dengan ibunya.

Ketika Fransiskus mengunjungi rumah mereka untuk meminta derma, anak itu berkata, “Inilah bruder yang menyampaikan kepada saya surat ibu pada saat saya hendak naik kapal.” Sangat mengherankan, sebab ibu itu ingat bahwa surat itu dibawanya kepada bruder pada hari putranya naik kapal untuk kembali ke Italia.

Kurban Diri

Melihat kepandaian Bruder Fransiskus dalam mencari derma, para minister Kapusin mengangkatnya sebagai kepala quaestor. Pemberian tugas ini sesuai dengan kebiasaan Kapusin di mana seorang peminta derma diakui sebagai seorang model dan pembimbing rohani serta bertugas sebagai koordinator para peminta derma lainnya.

Sejalan dengan jabatan yang baru, Fransiskus terus meminta sumbangan baik uang maupun makanan dan minuman seperti, kopi, cokelat, gula dan kakao, tidak saja untuk biaranya tetapi juga untuk orang sakit, orang miskin, gereja-gereja dan lembaga karitatif.

Sayang karya pelayanannya sempat berhenti karena wabah kolera yang menewaskan banyak warga Kota Genoa pada 1866. Bruder Fransiskus dan para saudaranya segera turun tangan membantu merawat para korban.

Tidak tahan menyaksikan penderitaan umat, Bruder Fransiskus lalu berdoa dan mempersembahkan dirinya menjadi kurban, dan memohon semoga wabah itu segera dilenyapkan. Tuhan menjawab doanya. Tidak lama setelah nazarnya, Bruder penuh mukjizat ini tutup usia pada 17 September 1868. 

Lagi-lagi mukjizat terjadi, wabah kolera yang ganas itu pun lenyap dari Kota Genoa

Sejak hari kematiannya, ia dihormati sebagai pelindung Kota Genoa. Pada 13 Juni 1929 Bruder Fransiskus dibeatifikasi oleh Paus Pius XI (1857-1939). Pada 9 Desember 1962, ia dikanonisasi oleh Paus Yohanes XXIII atas mukjizat kesembuhan yang dialami Kardinal Giuseppe Siri. Lewat relikwi Beato Fransiskus yang disentuhkan pada kepalanya membuatnya sembuh dari sakit

Ketika kuburannya digali untuk penyelidikan kanonisasi, tubuh Bruder Fransiskus masih utuh (Incorrupt Corps), bahkan sampai saat ini. Jasadnya disemayamkan di Gereja yang dibangun untuk mengenang St Fransiskus Maria. Di atas kuburannya tertulis kalimat, “Orang miskin ini banyak memberi daripada menerima. Dengan roti dan nasihat penghiburan, ia setia melayani mereka yang datang kepadanya. Kehidupan yang keras dan kudus dimahkotainya dengan syukur. Kesedihan dan rasa syukur umat Genoa mengabadikannya dalam patung marmer ini.” Ia dikenang setiap 19 September. 

Sumber: Yusti H. Wuarmanuk (Majalah Hidup. 01. Tahun ke-70. 03 Januari 2016).
Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.

0 comments:

Post a Comment