MENDALAMI SYAHADAT IMAN KATOLIK

Gereja sebagai persekutuan orang yang percaya kepada Yesus membutuhkan bahasa iman yang sama, yang mengikat semua dan yang mempersatukan dalam pengakuan iman yang sama. Bahasa iman yang sama dalam Gereja inilah yang disebut Syahadat. Nama lain yang lazim untuk Syahadat ini adalah Pengakuan Iman, Credo dan juga Simbola Iman. Syahadat (= pemberian kesaksian, pengakuan, Arab) adalah pengakuan iman. Maka, syahadat kristiani mulai dengan “Aku percaya” (= credo, Latin) dan karenanya juga disebut Credo. Beriman berarti percaya dan mempercayakan diri kepada Allah dan memberi kesaksian tentang apa yang dipercayainya itu dalam perkataan dan perbuatan. Apa yang dipercaya itu diungkapkan dalam rumusan yang diakui bersama oleh seluruh umat beriman atau Gereja.

Kata Yunani “sumbolon” menggambarkan separoh yang satu dari sebuah benda yang dipecahkan menjadi dua (umpamanya segel), yang dipakai sebagai tanda pengenal. Kedua bagian itu dihubungkan untuk memeriksa identitas pemakai. Jadi, “sumbolon iman” adalah tanda pengenal dan tanda persekutuan untuk orang beriman. “Sumbolon” lalu berarti juga himpunan, ringkasan, ikhtisar. Dalam “sumbolon iman” diringkaskan kebenaran-kebenaran iman yang pokok. Karena itu, ia dipakai sebagai pegangan pertama, sebagai teks pokok katekese.

Pengakuan iman untuk pertama kalinya diucapkan pada kesempatan pembaptisan. Pada tempat pertama ia merupakan pengakuan pembaptisan. Karena pembaptisan dilaksanakan dalam “nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat 28:19), maka kebenaran-kebenaran iman yang diakui waktu pembaptisan disusun sesuai dengan hubungannya dengan tiga Pribadi Tritunggal.

Dalam Alkitab terdapat rumusan-rumusan yang secara singkat merangkum amanat yang dibawakan Kristus. Misalnya aklamasi (1 Kor 12:3), rangkuman Kabar Gembira (1 Kor 15:3-8; Rm 1:3, dst), atau Madah Pujian (Fil 2:6-11; Ef 2:14-16). Waktu orang dibaptis dan diterima di dalam umat beriman, ia mengakui imannya dalam rumusan-rumusan iman yang berlaku dalam umat dan sejak semula mengakui secara eksplisit iman akan Allah Tritunggal.

Sesuai dengan kebutuhan aneka ragam zaman timbullah dalam peredaran zaman banyak pengakuan atau simbola iman. Di antaranya yang dapat disebut adalah Simbola beberapa Gereja apostolik tua, “Quicumque” yang disebut simbolon Atanasian, pengakuan iman dari konsili dan sinode tertentu atau Paus tertentu, umpamanya “Fides Damasi” dan “Credo Umat Allah” dari Paus Paulus VI, 1968.

Pada kesempatan ini kita tidak akan membahas semua pengakuan iman yang ada, akan tetapi kita hanya akan membahas dua pengakuan iman yang mendapat tempat khusus dalam Gereja, yaitu Syahadat apostolik (Syahadat Singkat) dan Syahadat Nisea-Konstantinopel (Syahadat Panjang).

Pengakuan Iman Rasuli (Syahadat Singkat)

Syahadat para Rasul ini mencerminkan pokok ajaran para Rasul dan dipandang sebagai rangkuman setia dari iman para Rasul. Namun demikian Syahadat ini bukanlah dikarang atau disusun oleh salah seorang murid Yesus. Syahadat para Rasul ini merupakan pengakuan pembaptisan lama dalam Gereja Katolik. Karena itu mempunyai otoritas tinggi. “Itulah simbolum yang dijaga Gereja Roma, di mana Petrus, yang pertama di antara para Rasul, mempunyai takhtanya dan kemana ia membawa ajaran iman para Rasul itu.” (Ambrosius, symb.7).

Menurut legenda – yang berasal dari Rufinus – (345 – 410) yang menyusun Syahadat ini adalah kedua belas rasul. Masing-masing menyusun satu kalimat.

Kiranya rumus Syahadat ini disusun pada abad kedua sebagai rumusan iman dasar bagi para katekumen sebelum mereka dibaptis. Syahadat-syahadat yang digunakan dalam upacara pembaptisan abad ke-4, dan dikutip dalam sebuah buku pedoman ajaran Kristen yang ditulis antara tahun 710 – 724, sangat mirip dengan teks yang digunakan sekarang. Syahadat para Rasul ini dalam Gereja kita dipakai dalam Misa Kudus dan juga dalam pembukaan Doa Rosario.

Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel (Syahadat Panjang)

Pengakuan Iman ini disebut Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, karena Konsili Nicealah (thn. 325) yang merumuskan untuk pertama kalinya syahadat iman ini. Kemudian rumusan itu dilengkapi oleh Konsili Konstantinopel (thn. 381). Konsili-konsili lain, seperti Konsili Efesus (431), Toledo (589) dan Kalcedon hanya mengembangkan apa yang telah diputuskan oleh Bapa-bapa konsili di Nicea.
Munculnya Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel sebenarnya dipicu oleh munculnya ajaran-ajaran atau pandangan-pandangan yang bertentangan dengan ajaran yang ortodoks dan resmi. Oleh karena itu konsili berusaha meluruskan pandangan-pandangan yang sesat itu dan menegaskan kembali ajaran yang benar seperti diamanatkan Kristus kepada Gereja-Nya.
Sebagai rumusan awal untuk Pengakuan Iman universal dalam Gereja, Konsili memutuskan untuk memakai Syahadat Kaesarea sebagai dasar pembicaraan, kemudian disempurnakan dengan perbaikan-perbaikan dan penambahan. Pemakaian Syahadat Kaesarea ini diusulkan pertama kalinya oleh Eusebius dari Kaesarea, seorang sejarawan. Beberapa ajaran  sesat yang ditentang oleh para Bapa Konsili adalah sebagai berikut:

Arianisme
   
Arianisme adalah ajaran sesat yang dibawa oleh Arius, seorang imam yang berasal dari Alexandria (250 –336). Ia mengajarkan bahwa Putra Allah tidak selalu ada dan karena itu kodratnya tidak ilahi, melainkan hanya merupakan yang pertama dari antara makhluk ciptaan (lih. DS 125-126; 130). Dengan kata lain Arius sebenarnya mau menyangkal keilahian Yesus. Untuk menyangkal ajaran sesat ini, maka diadakanlah Konsili ekumenis yang pertama kalinya, yaitu Konsili Nicea tahun 325. Dalam konsili ini Gereja sepakat melawan bidaah arianisme dan menetapkan bahwa Yesus itu sungguh-sungguh Allah.

Macedonianisme

Macedoniasme adalah ajaran sesat yang dibawa oleh Macedonius, seorang uskup dari Konstantinopel (342 –360). Macedonius dalam pengajarannya menyangkal keilahian Roh Kudus (DS 151). Untuk melawan ajarannya ini Gereja mengadakan Konsili Konstantinopel, 381 yang dihadiri 150 orang Bapa Konsili. Dalam Konsili Konstantinopel ini Gereja menegaskan kembali ajarannya bahwa Roh Kudus itu sungguh-sungguh Allah.

Nestorianisme

Nestorianisme adalah bidaah yang dibawa oleh Nestorius, seorang rahib dari Antiokhia yang menjadi Patriark Konstantinopel (428 – 431) yang meninggal tahun 451. Dalam ajarannya Nestorius mengatakan bahwa Yesus mempunyai 2 kodrat dan 2 pribadi, yaitu Allah dan manusia. Untuk melawan ajarannya ini Gereja mengadakan Konsili Efesus (431). Dalam konsili ini Gereja menekankan kesatuan pribadi Yesus. Dengan demikian Gereja menerima pendapat Cyrillus, Uskup Aleksandria yang menyatakan, Kristus mempunyai dua kodrat, tetapi satu pribadi.

Eutychesisme

Eutychesisme adalah ajaran yang dibawakan oleh Eutyches. Dalam ajarannya Eutyches mengatakan bahwa kedua kodrat Yesus itu, Allah dan manusia tercampur dan tak terbedakan. Untuk melawan ajaran Eutyches ini, maka Gereja mengadakan Konsili Kalcedon, tahun 451. Konsili menegaskan bahwa kodrat keallahan dan kemanusiaan Yesus tetap terbedakan. Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.

Dengan sekilas mamandang sejarah munculnya Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel di atas tampaklah bahwa tidak mudah dan betapa banyak waktu yang dibutuhkan Gereja untuk merumuskan imannya yang benar untuk menghadapi ajaran-ajaran sesat yang muncul. Namun syukurlah Roh Kudus selalu membimbing Gereja, sehingga soal-soal yang muncul sehubungan dengan Allah Trtitunggal dapat diselesaikan dalam abad V. (F. Cahyo W.)

(Daftar Pustaka: Collins, O’ Gerald dan Farrugia, Edward. Kamus Teologi. Yogyakarta: kanisius, 1996; Heuken A. Ensiklopedi Gereja IV Ph-To. Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1994; Joannes Paulus II. Katekismus Gereja Katolik. Ende: Arnoldus, 1995; Suwandi, Alex I. Tanya Jawab Syahadat Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius, 1993.)

Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.

0 comments:

Post a Comment