DOA BAPA KAMI

Bapa kami yang ada di surga,
dimuliakanlah nama-Mu.
Datanglah kerajaan-Mu.
Jadilah kehendak-Mu
di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rezeki pada hari ini,
dan ampunilah kesalahan kami,
seperti kami pun mengampuni
yang bersalah kepada kami.
Dan janganlah masukkan kami
ke dalam pencobaan,
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

(Sebab Engkaulah raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya. Amin)

Missale Romanum (Lihat Mat 6:9-13).

************

Yesus sebagai Musa baru dalam kotbah-Nya di bukit (Mat. 6:7-15 dan Luk. 11:1-4 lebih ringkas) mengajarkan kepada para murid-Nya, bagaimana seharusnya mereka berdoa, yakni dalam doa “Bapa Kami”.

Kalau kita memperhatikan susunan doa “Bapa Kami” dalam Injil Matius, maka doa itu isinya dapat kita bagi menjadi empat alinea. Alinea pertama berisi alamat kepada siapakah kita berdoa, yaitu: Bapa yang ada di sorga. (Bapa kami yang di sorga). Aline kedua berisi permohonan yang mengutamakan kehormatan bagi Allah Bapa. Artinya, Allah sendirilah yang menjadi pelaku kedatangan Kerajaan-Nya. Maka bagian permohonan pertama ini lebih mengungkapkan dambaan pendoa, agar Allah sendiri yang bertindak untuk mewujudkan Kerajaan yang dijanjikan tersebut. (Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga). Aline ketiga berisi tentang permohonan untuk keselamatan kita bersama. Yang mau dikatakan di sini adalah peran umat beriman dalam perwujudan Kerajaan tersebut. Ungkapan-ungkapan permohonan bagian kedua ini menonjolkan sikap manusia menanggapi kedatangan kerajaan itu, yaitu sikap siap sedia untuk ikut terlibat di dalamnya. (Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat). Alinea keempat berisi pujian kepada Allah Bapa dan penyerahan diri kepada-Nya. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin).

Belajar dari doa “Bapa Kami” yang diajarkan Yesus ini, kiranya ada dua hal yang dapat kita garis bawahi berkaitan dengan doa-doa kita. Pertama, kalau kita berdoa, maka yang menjadi sasaran doa kita adalah Allah Bapa di sorga. Sebutan Allah sebagai Bapa ini menunjukkan bagaimana seharusnya kita menempatkan diri kita dalam berhubungan kita dengan Allah, yaitu sebagai seorang anak. Hubungan kita dengan Allah sebagai Bapa dan kita sebagai Anak ini menunjukkan adanya intimitas, kedekatan kita dengan Allah. Maka Allah Bapa kita hayati bukan di jauh di seberang sana, tak terhampiri (transenden), tetapi Ia berada dekat di sini, hadir di sini (imanen) sebagai Emanuel, Allah beserta kita. Dan karena kita adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Gal 4:6; Rm 8:15).

Kedua, dalam kehidupan doa, kita harus selalu memperhatikan dua kepentingan, yaitu kepentingan Allah dan manusia. Kepentingan Allah, yaitu agar Kerajaan-Nya semakin meluas di dunia ini dan kepentingan kita bersama adalah menyangkut jawaban kita dengan datangnya Kerajaan Allah itu. Dalam realitas kenyataan ini sering kurang disadari dengan munculnya doa yang terlalu menekankan kepentingan kita sendiri, sehingga akibatnya hubungan kita dengan Allah kurang berkembang dan kita sendiri kurang mengalami perubahan dalam usaha mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini. (F. Cahyo W).

Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.