NATAL SEBAGAI PERISTIWA PENYELAMATAN MANUSIA

Natal adalah peristiwa yang sangat membahagiakan, bukan hanya bagi umat Kristen, tetapi seluruh umat manusia. Mengapa? Karena dalam peristiwa Natal, Allah Bapa dalam diri Yesus, Sang Putra masuk dalam sejarah manusia, sehingga manusia yang karena Adam telah jatuh ke dalam dosa asal ditebus dan diselamatkan secara cuma-cuma melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, yang kesemuanya itu dimulai dengan kelahiran-Nya di Betlehem.

Misi Yesus untuk menyelamatkan manusia ini sudah terkandung dalam nama yang disandang-Nya. Nama Yesus yang Indah, yang menyelamatkan ini adalah nama yang diberikan malaikat sendiri kepada St. Yusuf, Bapa pengasuh Yesus yang dalam bahasa Ibrani berarti “Yahwe menyelamatkan.” Dan ini memang benar, sebab hanya melalui dan di dalam nama Yesus, Tuhanlah manusia diselamatkan Karena itu tidaklah mengherankan jika di dalam Kis. 4:12 Rasul Petrus dengan berani mengatakan di hadapan Mahkamah Agama, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.

Allah Menyelamatkan Umat-Nya

Kelahiran Yesus sebagai Anak Allah ke dalam dunia ini, bukanlah seperti manusia lahir ke dunia, yakni karena hubungan suami-istri (Bapa-Ibu), tetapi kelahiran Yesus ke dunia itu karena Kuasa Roh Kudus. Hal ini berarti bahwa kelahiran Yesus adalah intervensi Allah Bapa sendiri di dalam manusia ciptaan-Nya, yaitu di dalam rahim Bunda Maria, setelah Maria sendiri dalam kebebasannya menjawab ya terhadap seluruh rencana Allah. Kelahiran Yesus yang ajaib dari kaca mata manusia ini bukanlah suatu hal yang tidak mungkin terjadi, sebab bagi Allah tidak ada sesuatupun yang mustahil. Bagi Allah segala sesuatu adalah mungkin (bdk. Luk.1:37).

Kelahiran Yesus dari Maria dan Yusuf bukanlah suatu peristiwa kebetulan, tetapi jauh-jauh hari Allah sudah merencanakan-Nya. Sehingga kelahiran Yesus sebenarnya adalah merupakan penggenapan janji-janji Allah, seperti ditegaskan oleh Rasul Paulus di rumah ibadat di Antiokhia di Pisidia, bahwa Yesus itu dilahirkan dari keturunan Daud. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan oleh St. Yohanes Pembaptis dengan kotbahnya, agar setiap manusia mau bertobat dan dibaptis dan dengan demikian ia dapat beroleh penyelamatan dari Allah (bdk. Kis.13:16-25).

Dengan penggenapan janji-janji Allah ini, berarti Allah bagi manusia – seperti dikatakan dalam Yes 7:14 – sungguh-sungguh merupakan Imanuel, Allah menyertai kita di dalam kehidupan kita. Sehingga seperti umat Israel yang baru pulang dari pembuangan, kita juga dihibur dihibur oleh Allah, sebagai mempelai-Nya, sebagai yang berkenan kepada-Nya (bdk. Yes. 62:1-5).

Ketika Yesus akan lahir di dalam dunia ini malaikat Allah sudah mengatakan apa yang akan menjadi tugas Yesus, yaitu “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Mat. 1:21). Dan tugas ini Yesus laksanakan dengan pengajaran-pengajaran-Nya, dengan karya pelayanan-Nya menyembuhkan orang-orang sakit dan akhirnya memuncak pada penyaliban dan kebangkitan-Nya.

Meneladan Bunda Maria dan St. Yusuf

Kalau dalam peristiwa Natal, Yesus telah sudi lahir untuk menyelamatkan kita, untuk ada bersama kita, bagaimanakah jawaban kita? Apakah kita mau menerima-Nya dan hidup sesuai dengan yang difirmankan-Nya? Ataukah kita akan menolak-Nya dan itu berarti kita akan mati di dalam dosa-dosa yang kita miliki?

Sebagai orang beriman Kristiani, sebagai murid-murid Yesus tentu kita mau menerima tawaran keselamatan Allah yang hadir, yang datang dalam rupa bayi Yesus. Dan agar kita dapat menerima tawaran keselamatan Allah di dalam diri kita ini, kita bisa belajar dari tokoh-tokoh di sekitar natal, yakni Bunda Maria dan St. Yusuf sendiri, yakni bagaimana mereka menerima Yesus di dalam kehidupan mereka.

Pertama, seperti Bunda Maria, kita juga mesti mau mengandung dan melahirkan Yesus. Maksudnya di sini tentu bukan mengandung dan melahirkan dalam arti harfiah, tetapi setiap orang beriman perlu menyimpan Firman Tuhan itu di dalam hati, merenungkannya dan pada saatnya mewujudkannya, melahirkannya di dalam perbuatan-perbuatan yang baik, yang dapat menyelamatkan sesama kita.

Kedua, warta Natal dapat kita hayati di dalam kehidupan kita, kalau kita dapat bersikap seperti St. Yusuf, yang dalam memutuskan segala sesuatu ia memperhatikan, mendengarkan dan melaksanakan apa yang dikatakan malaikat kepadanya. Maka pertanyaannya adalah apakah kita juga setiap kali membuat suatu keputusan di dalam kehidupan kita selalu mendengarkan suara Allah? Ataukah selama ini di dalam kita mengambil keputusan, kita hanya mendengarkan kesenangan kita sendiri, walaupun itu melanggar kehendak Tuhan?

Semoga perayaan natal yang kita rayakan, membawa suka cita dan kedamaian di dalam diri kita dan marilah seperti bayi Yesus yang membawa misi Allah mau menyelamatkan umat-Nya, kita juga disemangati untuk selalu berbuat baik dan menyelamatkan sesama kita dengan selalu menyimpan Firman-Nya di dalam hati kita dan melahirkan-Nya di dalam perbuatan-perbuatan baik kita. Selamat hari Natal untuk kita semua. Allah beserta kita. Amin. (F. Cahyo W.).
 
Share on Share on Google Plus

About Unknown

Kami adalah para saudara Kapusin yang tinggal di Rumah Novisiat Kapusin Pontianak di Poteng, Singkawang. Kami membuat blog ini karena kami ingin berbagi nilai-nilai kemanusiaan, kekatolikan dan juga kefransiskanan kepada semua saja yang berminat atau tertarik untuk mempelajari dan mendalaminya. Harapan kami, tulisan-tulisan yang ada di blog ini dapat berguna untuk menambah wawasan keimanan kita semua.

0 comments:

Post a Comment